Sabtu, 26 November 2011

Chrysler 300C




Jika diperhatikan lebih lanjut, tampaknya sebagian desain 300C terinspirasi dari saloon keluaran Eropa. Sebagai contoh, desain yang lurus di sisi mobil, serta pola grille lebar yang tanpa terbelah bumper, tampak menyerupai Audi A6.  Begitu pula garis horisontal di ujung bonnetnya, sekilas mengingatkan kita pada desain Mercy satu dekade lalu.

Meski samar-samar terlihat nuansa Eropa, toh DaimlerChrysler kala  itu merancang 300C untuk bisa menarik minat konsumen di Amerika. Tak heran jika lampu utama khas muscle car dan beberapa ornamen krom ikut disematkan. Desain fender dibuat tebal dan lebar agar mengakomodir velg besar kegemaran orang Amerika. Satu hal yang menjadi catatan kami adalah desain kaca spion. Sejujurnya, tidak ada masalah dengan bentuk dan dimensinya. Hanya saja, desis turbulensi angin saat mobil berlari cukup mengganggu.

Di balik bonnetnya, terpasang mesin V6,  3,5 liter, SOHC, 24-katup, bertenaga 249 hp pada 6.400 rpm dan torsi 340 Nm pada 3.800 rpm. Sementara itu, transmisi otomatis 5-speed sudah dilengkapi teknologi 'adaptive electronic control', 'auto stick driver-interactive manual control', dan 'electronically modulated torque converter clutch'. Rangkaian fitur tersebut diklaim mampu membuat pergantian gigi terasa lembut dan akurat. 
Dari lintasan uji, kami menyimpulkan bahwa Chrysler tampaknya membangun 300C bukan untuk berakselerasi cepat. Meski jantung mekanis berkode EER yang diusungnya mampu menghasilkan tenaga 249 hp dengan tenaga spesifik 71,1 hp/ton (berkat bobot keseluruhan yang mencapai 1,7 ton), spesifikasi tersebut seharusnya bisa menghasilkan akselerasi yang baik. Namun, sayangnya, 300C menggunakan transmisi dengan rasio gigi yang lebar. Karena itulah akselerasi 0-100 kpj tercatat dalam 10,8 detik.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar