Sabtu, 03 Desember 2011

Lamborghini Aventador LP700-4

Mesin  6.498 cc V12, 700 dk
 Torsi maksimum  690 Nm/5.500 rpm
 0-100 km/jam  2,9 detik (klaim)
 Top Speed  350 km/jam (klaim)
 Transmisi  7-spd ISR/awd
 P x L x T  4.780 x 2.030 x 1.136 mm
 Wheelbase  2.700 mm




Udara sejuk dengan suhu sekitar 19°C tak menyurutkan semangat untuk merasakan langsung keliaran performa dari Lamborghini Aventador. Super sports car  ini memang dirancang untuk menjadi yang terbaik di medan berbeda. Mirip dengan crossover,  namun Aventador diracik untuk optimal di sirkuit dan tetap mampu melaju di jalan raya.

Usai mendapat pengarahan singkat mengenai pengetahuan dasar berkendara di sirkuit dan penggunaan fitur-fitur yang diizinkan, saya pun langsung duduk di samping instruktur. Lalu kesempatan mengemudi pun hadir tanpa pendamping intruktur dan hanya ditemani walkie-talkie.

Duduk di balik kemudi Aventador, terasa berada di kokpit jet tempur. Posisi duduk rendah dengan panel instrumen terpampang jelas. Satu yang menganggu adalah penerapan seatbelt  3 titik standar sehinga sedikit melunturkan kesan sportnya. Untungnya, deruman mesin V12 menyusup masuk dan kian membangkitkan andrenalin siapa pun yang berada di kabinnya. 

Sebuah sensasi luar biasa dan bukan isapan jempol bila klaim Lambroghini mampu melesat 0-100 km/jam dalam 2,9 detik. Apalagi saat mode Corsa digunakan, transmisi 7-speed  ISR yang digunakan mampu melakukan shifting  hanya dalam 0,05 detik. Menjadikan Aventador satu-satunya mobil jalanan yang mampu melakukannya.

Menikung pun menjadi perkara mudah. Penerapan push-road suspension  ala mobil F1 juga merupakan yang pertama di road legal sports car.  Bobot Aventador hanya 1.575 kg berkat adopsi sasis perpaduan aluminium, dan carbon fiber. Posisi mesin V12 yang lebih rendah 60 mm dari Murciélago menghasilkan center of gravity  yang lebih baik.

Salah satu instruksi saya langgar saat melahap tikungan kelima sebelum masuk ke jalur untuk kembali ke lintasan start/finish. Lintasan yang melambung membuat instruksi “No gas,”  selalu terdengar di walkie-talkie  untuk memastikan mobil tetap terkendali. Di sinilah pentingnya kontrol kestabilan saat pada mode berkendara Strada.

Bisa jadi bila saya menggunakan mode Corsa, mobil bertenaga 700 dk ini akan sulit dikontrol. Akibat mencoba mengeksplorasi performa Aventador, jarak dengan mobil instruktur di depan menjadi begitu dekat sehingga perintah “Open the gap,” terdengar di walkie-talkie.

Untunglah itu merupakan lap terakhir bagi saya sehingga mobil pun diarahkan kembali ke pit untuk berganti pengemudi. Entah terlampau asyik di kabin, pintu gunting yang digunakan membuat saya sedikit kesulitan untuk keluar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar